KOMPAS.com — Kopi luwak terkenal sebagai kopi paling mahal di dunia. Kopi yang sejatinya berasal dari kotoran atau feses musang (Paradoxurus hermaphroditus) yang masih berbentuk biji kopi ini disuka lantaran mempunyai tingkat keasaman yang rendah.
Pamor
kopi luwak yang sudah mendunia inilah yang membuat Mifta Khur Rokhman
berani menawarkan usaha Mr Luwak Coffee kepada khalayak pada Maret
2011. Mifta sendiri baru membuka usaha kopi luwaknya ini pada Desember
2010. Kini Mifta sudah punya tiga gerai milik sendiri di Gresik,
Surabaya, dan Malang.
Mifta mengaku, untuk tawaran kemitraan itu,
dia sudah mendapat penawaran kerja sama dari beberapa calon di Batam,
Bandung, Lumajang, dan Surabaya.
Walau menyuguhkan kopi luwak
asli, Mifta tidak menempatkan Luwak Coffee sebagai minuman kelas atas.
"Mr Luwak Coffee menyasar semua kalangan," ujarnya.
Bahan baku
kopi Mr Luwak Coffe adalah kopi jenis arabika dari kotoran musang yang
ditangkarkan di kawasan perkebunan kopi di Lampung Selatan. Menurut
ahli kopi, kopi luwak hasil penangkaran tergolong sebagai kopi luwak
kelas dua. "Yang kelas satu adalah kopi luwak dari musang yang masih
liar," tutur Mifta.
Kopi luwak hutan menjadi kopi paling mahal
karena rasanya paling enak. Namun, untuk mendapatkan kopi luwak hutan
jelas sangat susah. Itulah sebabnya Mifta memilih memakai kopi luwak
penangkaran. "Rasanya hampir mirip dengan kopi luwak asal hutan,"
klaimnya.
Untuk menjadi mitra Mr Luwak Coffee, Mifta menawarkan
paket investasi senilai Rp 10 juta. Investasi itu di luar sewa tempat.
Dengan investasi sebesar itu, calon mitra akan mendapatkan tempat
berjualan, yaitu booth, paket promosi, perlengkapan dan peralatan, serta bahan baku untuk 210 cangkir kopi.
Karena mengusung konsep kemitraan, Mr Luwak Coffee tidak membebankan royalty fee
kepada mitra. Mitra hanya diwajibkan untuk membeli bahan baku kopi
luwak yang dikemas dalam bentuk saset. "Jadi, tinggal diseduh. Lebih
praktis dan cepat," kata Mifta, berpromosi.
Mifta menjual satu
pak kopi luwak isi 25 saset seharga Rp 250.000 plus gula Rp 100 per
saset isi 3 gram. Mifta juga mengharuskan mitra membeli creamer seharga Rp 15.000 per botol untuk 50-100 cangkir.
Kepada
mitra, Mifta mematok harga jual Rp 15.000 per cangkir. Harga itu
memang jauh lebih murah dibandingkan dengan menikmati kopi luwak di
restoran atau kafe lain.
Jika konsumen ingin menambah krim,
dikenakan tambahan biaya Rp 1.000 per cangkir sehingga harganya menjadi
Rp 16.000. Dengan target penjualan 30 cangkir per hari, omzet mitra
diperkirakan sebesar Rp 450.000 sampai Rp 500.000 per hari. Jika target
tercapai, mitra balik modal setelah empat bulan.
Menurut Ketua
Dewan Pengarah Waralaba dan Lisensi Indonesia (Wali) Amir Karamoy,
bisnis kopi luwak sangat menarik, bahkan bisa bagus di pasar ekspor.
Namun, harga yang sangat murah malah akan menjadi bumerang karena bisa
menjadi sumber keraguan keaslian kopi luwak. "Terkadang kopi luwak sudah
dicampur dengan kopi lain sehingga nikmatnya berkurang," katanya. (Handoyo/Kontan)
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar